Kawan, kalian pasti tau atau pernah dengar dong alat musik sasando? Alat musik yang berasal dari Pulau Rote Nusa Tenggara Timur ini dimainkan dengan cara dipetik. Ada beberapa legenda yang menceritakan bagaimana terbentuknya atau terciptanya alat musik ini Namun kali ini saya akan menceritakan 2 versi cerita saja.
(Versi 1), Menurut cerita masyarakat Pulau Rote sejarah alat musik ini diawali oleh seorang pemuda bernama Sangguana. Suatu hari ia pergi menuju padang sabana, karena kelelahan kemudian ia berhenti untuk beristirahat sejenak di bawah pohon lontar. Secara tidak sengaja ia pun tertidur dan bermimpi sedang memainkan sebuah alat musik dari pohon lontar. Dari mimpinya tersebut ia kemudian terinspirasi untuk menciptakan alat musik yang kemudian dikenal dengan nama Sasando.
(Versi 2), Sasando
ditemukan oleh dua orang penggembala bernama Lumbilang dan Balialang
(diceritakan oleh Jeremias Pah). Ketika meladang bersama domba-domba, mereka
membawa sehelai daun lontar, saat kehausan di siang hari mereka melipat daun
lontar tersebut untuk menimba air. Untuk melipat, bagian tengah daun berwarna
kuning muda harus di buang dan ketika hendak melepas, tali tersebut
dikencangkannya. Tanpa disangka, ketika ditarik keras menimbulkan bunyi nada
yang berbeda-beda. Tetapi, karena sering terputus keduanya lantas mencungkili
lidi-lidi tersebut. Akhirnya, mereka menemukan bahwa apabila dikaitkan rapat
akan membunyikan nada tinggi dan sebaliknya semakin merenggang, dawai akan
menghasilkan nada yang rendah (Sasando Rote, 17 Januari 2008).
Cara memainkan alat musik sasando hamper mirip dengan kecapi. Tangan
kiri berfungsi untuk memetik melodi dan bas, sedangkan tangan kanan digunakan
untuk memainkan akor (gabungan beberapa nada tunggal). Perpaduan melodi, bas dan
akor yang dapat dimainkan secara bergantian ataupun bersamaan menjadi salah satu ciri khas dari bunyi yang dihasilkan oleh Sasando. Karena
Sasando dimainkan dengan menirukan cara kerja laba-laba (dipetik), maka berdasarkan
kepercayaan (mitos) di Rote bila seseorang ingin pandai bermain/memetik Sasando maka ia harus menangkap seekor laba-laba lalu menghancurkannya sesudahnya
dicampur dengan minyak kelapa lalu diolah/diremas-remas pada jari-jemari. Oleh
karena alat musik yang telah dipasang dalam haik itu beresonansi, maka
disebut/dinamakan Sandu atau Sanu yang berarti bergetar atau meronta-ronta.
Kemudian alat ini disebut lagi Sasandu, adalah kata ulang dari Sandu-sandu atau
Sanu-sanu yang berarti bergetar berulang-ulang.
Sasando,
dalam bidang organologi (ilmu tentang alat-alat musik) tergolong Sitar Tabung
Bambu. Menurut para peneliti musik, sitar tabung bamboo adalah alat musik asli
Asia Tenggara (misalnya Filipina dan Indonesia) yang juga ditemukan di
Madagaskar dengan sebutan Valiha/Ali yang berasal-usul dari Asia Tenggara
melalui perpindahan penduduk ( Stanley Sadiebed. The New Grove Dictyonary
of Musical Instruments). Ada beberapa jenis-jenis Sasando
- Sasando gong, Sasando gong lebih dikenal di Pulau Rote, memiliki nada pentatonik, biasanya dimainkan dengan irama gong dan dinyanyikan dengan syair khas Pulau Rote. Sasando jenis ini berdawai 7 buah atau 7 nada kemudian kini berkembang menjadi 11 dawai.
- Sasando biola, Sasando jenis biola merupakan sasando yang telah berkembang dengan nada diatonis. Bentuk sasando biola sekilas mirip sasando gong namun diameter bambunya lebih besar. Sasando jenis ini diperkirakan mulai berkembang pada abad ke-18. Disebut sasando biola karena menyerupai nada biola dengan 30 nada kemudian berkembang menjadi 32 dan 36 dawai.
- Sasando Elektrik, Sasando elektrik umumnya memiliki 30 dawai dan merupakan pengembangan dari sasando biola yang diberi sentuhan teknologi. Sasando jenis ini diciptakan oleh Arnoldus Eden yang telah almarhum, ia merupakan seorang musisi sasando dan telah mendapat piagam penghargaan oleh Gubernur NTT tahun 2008.
Sasando kerap digunakan sebagai musik pengiring atau
penghibur pada upacara adat maupun sebagai hobi pribadi. Mungkin masih banyak
penduduk Indonesia yang kurang mengenal alat musik yang satu ini. Namun
ternyata alat musik sasando ini sangat digemari oleh kalangan penikmat musik
tradisional yang berasala dari Australian dan beberapa negara Eropa. Maka dari
itu kita patut berbangga diri karena keragamanan budaya Indonesia dan sudah
sepantasnya kita sendiri yang melestarikan budaya bangsa agar tidak punah
seiring berjalannya waktu.
Disusun untuk memenuhi nilai UAS Digital Media
No comments:
Post a Comment